Chairman’s Letter
Pada tahun 2023, IPB mendirikan lembaga baru yang diberi nama Lembaga Kepemimpinan dan Pendidikan Eksekutif atau disingkat dengan LKPE.
LKPE melaksanakan tugas perencanaan, pengembangan dan pengelolaan pendidikan kepemimpinan dan pendidikan eksekutif, meliputi pendidikan eksekutif, sertifikasi dan kompetensi serta sistem manajemen talenta untuk memperkuat soft skills dan jiwa kepemimpinan guna memenuhi kebutuhan organisasi modern, dunia usaha-industri dan masyarakat.
LKPE menerbitkan e-newsletter yang diharapkan berfungsi sebagai wahana penjalin dengan publik internal dan eksternal dan sebagai “representative” citra korporat di mata publik. Selain itu e-newsletter ini juga menjadi media publikasi melalui penyampaian informasi tentang kegiatan atau apa saja yang berkaitan dengan LKPE.
Agar tetap berdaya saing dan berkinerja tinggi, sebuah organisasi harus terus memperbaharui kualitas SDMnya. SDM organisasi terus dituntut untuk mempelajari hal-hal yang baru dengan metode learn, unlearn dan relearn. Alvin Toffler, seorang futurist, pernah bilang, “The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn.” atau, kalau diterjemahkan secara bebas kurang lebih begini: “Orang-orang yang gagap literasi di abad ke-21, bukan mereka yang tidak bisa baca tulis, tetapi mereka yang tidak punya kemampuan untuk learn, unlearn, dan relearn.”
Selamat membaca edisi perdana e-newsletter LKPE dan sampai jumpa di edisi-edisi berikutnya.
Semakin Pentingnya Digital Leadership
Kepemimpinan digital atau digital leadership sangat diperlukan dalam proses transformasi digital yang tengah berjalan saat ini di IPB University. Pejabat struktural di lingkungan IPB University diharapkan berfungsi sebagai pemimpin digital yang dapat mendorong percepatan transformasi organisasi. Demikian amanat yang disampaikan oleh Rektor IPB University dalam acara pelantikan pejabat struktural IPB University periode 2023-2028 yang diselenggarakan pada 12/5 di Gedung Graha Wisuda (GWW).
Dikemukakan oleh Prof Arif Satria bahwa kepemimpinan digital memiliki 4 (empat) karakteristik. Karakteristik pertama adalah memiliki interpersonal skill. Keahlian interpersonal terutama komunikasi perlu diperkuat dengan apa yang disebut sebagai emotional intelligence. Emotional intelligence menjadi faktor yang sangat penting dalam kita berkomunikasi. Ada 4 hal dalam emotional intelligence yang menjadi ukuran: (a) Self awareness, (b) Self management, (c) Emphaty, dan (d) Relationship management
Karakteristik kedua adalah business skill yang meliputi business operation dan proses yang dijalani. Dengan memahami business skill, maka dengan mudah dapat dicapai kinerja operasional organisasi yang excellent.
Karakteristik ketiga adalah intrapersonal skill. Intrapersonal skill yang paling penting adalah kecakapan negosiasi yang dibutuhkan dalam era kolaborasi seperti saat ini.
Karakteristik ke empat adalah strategic skill. Visi menjadi komponen terpenting yang wajib ada dalam diri seorang pemimpin digital. Organisasi tanpa visi, maka organisasi akan berjalan tanpa arah. Strategi yang baik namun tidak diikuti dengan eksekusi yang baik, maka strategi itu tidak akan berjalan. Keterkaitan antara visi, strategi dan eksekusi merupakan kesuksesan organisasi. Terakhir, Rektor IPB mengajak para pejabat struktural yang dilantik untuk meneladani sikap, kebajikan dan kebijaksanaan dari seekor elang terhadap burung gagak.
Burung yang berani mematuk seekor Elang di angkasa adalah burung Gagak. Burung Gagak bisa duduk di punggung Elang dan terkadang mematuk lehernya. Namun Elang tidak mau menghabiskan waktu dan energi untuk menanggapi ulah burung Gagak tersebut. Elang cukup membuka sayapnya dan terbang lebih tinggi. Semakin tinggi ia terbang, maka semakin sulit bagi Gagak untuk bernafas dan akhirnya gagak jatuh karena kekurangan oksigen.
Intinya, Rektor IPB University memberikan nasehat bahwa berhentilah membuang waktu untuk menanggapi semua argumen, kritik, celaan, dan fitnah. Lawanlah dengan prestasi dan kinerja tinggi sehingga mereka yang meragukan kemampuan kita dengan sendirinya akan berhenti. (AD/WB)
Silaturahmi Kebangsaan Pusat Teritorial Angkatan Darat
Indonesia diproyeksikan akan mencapai masa keemasan pada tahun 2045, tepat saat usia kemerdekaan mencapai 100 tahun. Untuk menyambut usia emas tersebut, seluruh elemen bangsa, salah satunya generasi muda, memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan bangsa Indonesia menjadi lebih kuat, lebih berdaulat dan maju ke depannya.
Demikian disampaikan oleh Prof. Arief Daryanto (Kepala Lembaga Kepemimpinan dan Pendidikan Eksekutif) IPB University dalam acara silaturahmi kebangsaan dengan akademisi yang diselenggarakan oleh Pusat Teritorial Angkatan Darat, pada tanggal 16 Mei 2023.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Prof. Arief Daryanto bahwa peran generasi muda sebagai “agent of change” dan “the guardian of values” sangat penting dalam menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju dan kuat di usia emas 100 tahun nanti.
Menurut Prof. Arief Daryanto, Kepala Lembaga Kepemimpinan dan Pendidikan Eksekutif (LKPE) IPB University agar peran penting generasi muda tersebut dapat dilaksanakan dengan baik untuk kemajuan bangsa dan negara, generasi muda perlu memiliki kecakapan abad ke-21 yang dikenal dengan istilah 6C, yakni character, citizenship, critical thinking, creativity, collaboration, communication, computation logic dan compassion.
Disampaikan dalam paparan Prof. Arief Daryanto, berdasarkan proyeksi yang menggunakan Artificial Intelligence dijelaskan bahwa 5 (lima) kecakapan yang paling dibutuhkan (top five skills) adalah Collaboration, Customer Focus, Personal Learning & Mastery, Achievement Focus, Cultural and Social Intelligence. Kelimanya berkaitan dengan human skills.
Dalam acara silaturahmi kebangsaan yang dihadiri oleh para akademisi (mahasiswa dan dosen pendamping), Prof. Arief Daryanto menyatakan bahwa generasi muda agar sukses memerlukan ketekunan (grit).
Grit merujuk pada ketekunan dan semangat untuk mencapai tujuan dalam jangka panjang. Istilah ini menjadi sangat populer setelah Angela Duckworth pada tahun 2016 menerbitkan buku Grit: The Power of Passion and Perseverance yang sangat laris di pasaran. Linda Kaplan Thayer dan Robin Koval yang menulis buku Grit to Great (2015) pun menjabarkan grit menjadi singkatan dari: guts (keberanian), resilience (ketangguhan), initiative (inisiatif) dan tenacity (kegigihan). (AD/WB)
Masa Depan Industri Pelatihan dan Pengembangan
Dalam era yang semakin BANI (Brittle, Anxiety, Non-linear, Incomprehensible), lembaga pelatihan dan pengembangan SDM harus beradaptasi menyiapkan materi, pengemasan, penyampaian, sampai dengan metode pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang berubah. Hal ini disampaikan oleh Prof Arief Daryanto dengan judul presentasi “The Changing Training Industry: Megatrends and Opportunities” dalam Webinar Nasional Pergeseran Paradigma Pengelolaan Pendidikan & Pelatihan di Era Digital, yang diselenggarakan oleh P2SDM pada tanggal 29 April 2023.
Disampaikan oleh Prof Arief Daryanto bahwa persoalan klasikal dalam program pengembangan program pelatihan kepemimpinann dan pendidikan eksekutif adalah adanya jarak antara keterampilan yang dipelajari (lokus perolehan) dan yang diterapkan (lokus penerapan). Persoalan “link and match” tersebut antara lain dapat diatasi dengan “demand-driven curriculum” dan pembelajaran yang lebih “hands on” atau “experiential learning”.
Lebih lanjut disampaikan oleh Kepala LKPE IPB University tersebut bahwa perusahaan, organisasi dan lembaga dalam rangka meningkatkan daya saing dan resiliensinya harus melakukan program yang mencakup upskilling (peningkatan kompetensi), reskilling (penguatan kompetensi), dan new skilling (penambahan kompetensi baru) agar sumber daya manusianya unggul, kompeten, dan berdaya saing.
“Lanskap persaingan dalam industri pelatihan dan pengembangan (training and development industry) semakin ketat. Penyedia jasa pelatihan dan pengembangan harus terus mengembangkan diri seiring dengan meningkatnya permintaan untuk pelatihan kepemimpinan dan pendidikan eksekutif yang efektif. Selain itu, penyedia jasa pelatihan dan pengembangan seperti LKPE, konsultan, corporate university dan digital platform semuanya berlomba-lomba menyediakan program pengembangan keterampilan”, tambahnya.
Terkait dengan trend pengembangan industri pelatihan dan pengembangan, Prof Arief Daryanto menyampaikan bahwa prioritas teratas adalah (1) Menciptakan SDM dengan mindset yang berkembang untuk terus belajar (growth mindset), (2) Melatih kembali (upskilling dan reskilling) tenaga kerja untuk mengikuti perkembangan teknologi maju terkini (digitalisasi di tempat kerja, (3) Mengembangkan pembelajaran yang lebih baik melalui microlearning, (4) Menyelaraskan pembelajaran dengan kinerja, (5) Menyampaikan pembelajaran lebih cepat dan dengan cara yang lebih gesit seiring perubahan lingkungan, (6) Mengatasi kekurangan talenta melalui pelatihan, (7) Mengembangkan “real time employee feedback”, dan (8) Mengembangkan ekosistem “knowledge-sharing”.
BENCHMARKING: National University of Singapore Life Long Learning (L3)
National University of Singapore (NUS) merupakan salah satu universitas terbaik di Singapura dan menempati posisi pertama terbaik di Asia berdasarkan pemeringkatan QS. Sedangkan di dunia, NUS menempati peringkat 11.
Program Pengembangan Kepemimpinan di National University of Singapore dirancang untuk membantu para pemimpin dan manajer senior mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka dan membangun kapasitas diri mereka untuk memimpin perubahan yang terjadi. Program L3 diselenggarakan oleh Fakultas atau Sekolah yang relevan dengan program yang ditawarkan. Program L3 dirancang untuk melatih dan meningkatkan kualitas alumni melalui kursus berbasis keterampilan dan relevan dengan industri, memungkinkan para peserta untuk tetap kompetitif di dunia kerja era digital.
Pelatihan dan pengembangan yang ditawarkan di NUS antara lain adalah Artificial Intelligence, Cybersecurity, Leadership & Management, Urban Solutions and Sustainability. Format program L3 beragam dan dapat diambil secara Formal, Nonformal, Informal dan Self-Directed.
NUS Executive Education di Business School menawarkan kursus pengembangan profesional yang komprehensif untuk mengembangkan para pemimpin masa depan. Kursus Singkat Biz (Biz Short Courses) yang ditawarkan oleh Business School dirancang dan dikembangkan untuk menargetkan professional junior hingga menengah, kursus pelatihan singkat berbasis keterampilan ini berupaya meningkatkan kinerja para pesertanya.
BIZBeat: Thoughts Leadership. Program Kepemimpinan berbasis pemikiran atau gagasan ini menawarkan konten yang relevan bagi para pemimpin bisnis yang ingin membawa organisasi mereka ke level lebih tinggi.
Program kepemimpinan dan pendidikan eksekutif di NUS berkembang dengan sangat baik salah satunya didorong oleh ekosistem kewirausahaan yang unggul dan kondusif. Program kepemimpinan dan pendidikan eksekutif dirancang sesuai dengan kebutuhan industri masa kini dan bersifat lebih banyak praktik, hands on dan experiential.
Program kepemimpinan dan pendidikan eksekutif di NUS berkelas dunia dan diikuti peserta yang berasal dari sekitar 140 negara. Program diselenggarakan dengan prinsip-prinsip: HighTouch Integrated Curriculum, Flexible, World-Renowned Faculty Real-World Applications dan Peer Learning.
NUS Enterprise, bagian kewirausahaan dari National University of Singapore (NUS), memainkan peran penting dalam memajukan inovasi dan kewirausahaan di NUS. Lembaga ini secara aktif mempromosikan kewirausahaan dan menumbuhkan pola pikir dan bakat global melalui sinergi pendidikan kewirausahaan, pengalaman dan kemitraan industri yang aktif.